Sejarah Perang Salib 1



Negeri Taklukan sebelum Perang Salib

Empat puluh tahun sebelum terjadinya perang salib, Bangsa Saljuk Turki telah mendominasi Baghdad diambil dari kekuasaan Bani Abbasiah. Orang-orang Saljuk berusaha menguasai sebahagian Wilayah Parsi/Persia, wilayah Utara Iraq, Armenia dan Asia Kecil pada tahun 1040 M.
Kemudian Sultan Saljuk, Toghrol Bic berjaya menguasai wilayah Bain pada 1055 M. Orang-orang Saljuk mulai menyebarkan kekusaan mereka ke atas Byzantine di Asia Minor. Pada tanggal 19 Agustus 1081 M, terjadi perang Malathkard di bawah komando Saljuk yang bernama Alb Arsalan yang benar-benar menimbulkan malapetaka besar bagi orang-orang Byzantin hingga akhir abad ke 11 M. Pada tahun 1071 M. bangsa Saljuk meluaskan cengkraman kekuasaan mereka di sebagian besar wilayah Palestin kecuali Arsout. Dengan kekuasaan ini mereka mengakhiri dominasi Fatimiyah dari tanah ini dan terus meluaskan jajahannya atas wilayah Syiria yang dikuasai oleh Fatimiyah dan menguasai sebagian daerahnya.

Pada tahun 1092 M (485 H), Sultan Saljuk Malikshah meninggal dunia. Paska kematiannya menandakan permulaan kehancuran dominasi orang Saljuk dan meletusnya berbagai peperangan sengit antara mereka berkecamuk untuk memperebutkan dominasi dan kekuasaan. Pada tahun 1096 M, kerajaan mereka terbagi menjadi lima :
- Kesultanan Persia (di bawah kekuasaan Birkiyarouq),
- Kerajaan Khurasan dan wilayah di seberang sungai (di bawah kekuasaan Singer),
- Kerajaan Aleppo (di bawah penguasa Radwan),
- Kerajaan Damaskus (di bawah penguasa Daqaq) dan
- Kesultanan Saljuk Romawi (di bawah penguasa Qalj Arsalan).

Sebagian besar wilayah Palestin berada di bawah rejim Damaskus. Pada saat dua penguasa Syria (Radwan dan Daqaq) melemah, banyak penguasa persendirian bermunculan namun tidak ada satupun yang dapat mendominasi lebih dari satu kota.

Perang Salib I ( 1097 - 1099M )

Pasukan Salib memulai serangan militan mereka pada tahun 1098 M (491 H) sementara daerah-daerah muslim di Syria, Iraq dan lainnya terpecah-belah karena berbagai perbedaan dan konflik berdarah yang terjadi. Dua saudara dari keturunan Titish, Radwan dan Daqaq, saling melancarkan serangan dan terlibat dalam pertempuran pada tahun 490 H. Banyak lagi pertempuran lain yang terjadi antara Muhammad bin Malikhshah 2, Birkiyarouq dan adiknya karena konflik perebutan kekuasaan di mana masing-masing saling memenangkan pertempuran dan membuat pengaduan kepada mahkamah kekhilafaan secara silih berganti sepanjang period 492 - 497 H.

Pidato paus sebelum penyeruan perang mereka

Pada masa itu Eropa mulai memfokuskan pandangan mereka ke arah tanah suci, setelah Paus Urban Kedua (1088-1099 M) berseru kepada para hadirin di Dewan Claremont pada tanggal 26 November 1095 M untuk merestui tanah suci dengan cara merampasnya kembali dari tangan umat Islam. Berbagai dewan didirikan di berbagai tempat yaitu di Liouz, Angariz, Man, Tours, Bouwatieeh, Bordeaux, Toulouse dan Neim yang ia sebut sebagai konsolidasi untuk melancarkan Perang Salib pada periode 1095-1096 M. Ia menjanjikan pengampunan bahwa siapapun sukarelawan yang ingin turut serta dalam peperangan yang mereka galang akan diampuni seluruh dosa-dosanya, dan kematian mereka adalah mati suci dijanjikan syurga bagi mereka. Sebagaimana ia juga menjanjikan bahwa setiap harta tentara Salib akan dilindungi di bawah pengawasan gereja selama kepergian mereka itu. Dan setiap tentara diminta untuk menjahitkan lambang salib yang terbuat dari kain pada pakaian bahagian luar.kemudian Pidato itu ditutup dengan ucapan terkenal : "Deus Vult"; demikianlah kehendak tuhan!.

'Di dada mereka dilukiskanlah gambar salib oleh kerana itulah diberi nama "Perang Salib".

Maka adalah seorang pendeta yang berbangsa Perancis yaitu Peter The Hermit atau Peter Amiens di mana dia dikatakan mengembara menyebarkan dakwah kristiani lalu sampailah beliau ke Pelestin. Dia yang mempunyai maksud besar untuk memperoleh tempat suci itu yakni tempat Nabi Isa yang akan turun kembali ke dunia menaruh harapan untuk menguasai tempat suci itu dari kekuasaan Islam. Lalu dia kembali ke Eropa dan bertemu dengan paus Urbanus II untuk menyampaikan hasrat untuk memperkenankan apa yang dia impikan.


Peter Amiens membujuk Para Raja-Raja

Paus menerima usul dari Peter Amiens dan menugaskan dia untuk membujuk hati para Raja-raja di Eropa pada saat itu dan meniupkan kebencian terhadap kaum Muslimin. Kepintarannya dalam berpidato menjadi satu kelebihannya untuk meniupkan semangat berkobar-kobar di kalangan rakyat ketika itu.

Para Tentara Salib telah melancarkan ekspedisi publik atau yang disebut dengan ekspedisi para penyeru. Ini adalah ekspedisi yang sangat minus persenjataan dan koordinasi. Salah satu dari ekspedisi ini adalah yang dilakukan oleh Peter The Hermit ataupun Peter Amiens yang merupakan orang yang punya retorika tinggi yang dikenal karena menunggang keledai pincang dengan kaki telanjang dan pakaian yang compang camping. Namun ia mampu untuk menggalang dan memobilisasi lebih kurang 15 ribu sukarelawan di Perancis. Tapi di tengah perjalanan ke tempat yang mereka tuju, ada peristiwa pembantaian yang terjadi pada lebih kurang 400 ribu sukarelawan, ini dikarenakan perselisihan yang mencuat dan memanas dari persoalan remeh, perebutan makanan. Pasukan yang dipimpin oleh Walter yang gagal (the Penniless), bergabung dengan pasukan di atas ketika bertemu di daerah Konstantinopel dan memasuki wilayah pesisir Asia bersama-sama.




Di sana, terjadi pertempuran dengan bangsa Saljuk dan mengalahkan mereka serta membantai lebih kurang dari 22 ribu tentera Salib. Dari pertempuran ini hanya 3 ribu tentara Salib yang dapat hidup. Adapun dua ekspedisi militan Volkmar dan Amikh, mereka mulai membantai orang-orang Yahudi di sepanjang perjalanan. Namun akhirnya kedua ekspedisi tersebut kocar-kacir di Hungaria! Untuk pertama kali, para penunggang kuda profesional dan pembesar Eropa mulai menyertai dalam ekspedisi militan Salib kali ini. Serangan mereka dilancarkan pada musim panas tahun 1097 M dengan tujuan untuk dapat menduduki wilayah-wilayah muslim.

Pada bulan Maret 1098 M, balatentara Salib dapat membentuk sebuah Negara Al Raha di bawah kepemimpinan Paul Baldwin. Mereka kemudian mengepung Antakiya ( Enthiochie ) selama 9 bulan. Penguasa Antakiya, Baggisia adalah seorang yang punya ide baik dan mengambil langkah lebih berhati-hati dibanding dengan yang lain, telah memperlihatkan keberaniannya yang membuat kebanyakan pasukan Salib binasa dan kalau mereka tetap hidup dalam jumlah yang masih seperti awal keberangkatan niscaya mereka akan dapat mendominasi negara-negara Islam. Namun seorang Armenia yang bertugas menjaga dinding-dinding kota ditawarkan oleh pasukan Sali imbalan uang dan harta. Maka ia bukakan pintu gerbang dari menara yang ia kawal. Karena itulah pengawal ini akhirnya pasukan Salib dapat menduduki kota dan berhasil mendirikan kota kedua pada tanggal 3 Juni 1098 M (491 H) di bawah kepemimpinan Bohemond dari Normandy.
Pada tahun 1097 M, di saat bangsa Saljuk harus menghadapi kelebihan pasukan Salib pada wilayah utara Syria, orang-orang Fatimiyah memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerbu dan menduduki Tyre, lalu mendominasi Al Quds pada bulan Februari 1098 M di saat pasukan Salib sedang mengepung Antakiya. Di Tripoli, Ibn Ammar yang merupakan seorang hakim dan salah satu pengikut Fatimiyah telah mendeklarasikan kemerdekaan wilayahnya. Di saat tentara Salib masih mengepung Antakiya, penguasa Fatimiyah mengirim delegasi kepada mereka dan mengutarakan berkeinginan mereka untuk bersekongkol dengan mengusulkan agar mereka dapat memerangi orang-orang Saljuk dan nantinya wilayah utara “Syria” berada di bawah kekuasaan Salib dan Palestin di bawah dominasi Fatimiyah.

Untuk itu, maka pasukan Salib mengirim utusan ke Mesir untuk mewujudkan “perhatian dan kebaikan mereka”. Di saat orang Saljuk sibuk mempertahankan wilayahnya dari ancaman Salib orang-orang Fatimiyah asyik dengan hasrat ekspansif mereka meluaskan dominasinya di Palestin pada wilayah yang dikuasai Saljuk sehingga perbatasan mereka mencapai sungai Al Kalb di bagian utara sungai Jordania di bagian Timur! Muncul berbagai pengkhianatan dan apatisme dari negara-negara kota yang punya keinginan kuat untuk dapat menarik simpati dan menjalin persahabatan dengan orang Salib yang terus berkembang. Ini terjadi di saat penguasa wilayah Sheezat menghubungi orang Salib dan menyepakati untuk tidak melawan mereka serta menyediakan apa yang mereka perlukan seperti makanan dan bahan makanan lainnya.

Penguasa ini juga menyediakan dua orang penunjuk jalan yang akan membimbing perjalanan mereka!! Dan imbalannya Salib memberikan kota Homos sebagai hadiah!! Dan dibuatlah perjanjian antara kedua pihak ini di kota Mosyaf. Adapun Kota Tripoli bersedia membayar pajak dan menyediakan penunjuk jalan bagi kekuatan Kristian ini. Kota Beirut membayar uang dan menawarkan ketaatan kepada mereka bila dapat menaklukkan Al Quds. Raymond Tolouse (pangeran provinsi dan Toulouse di Perancis) terus memimpin perjalanan Salib menuju Al Quds. Jumlah mereka hanya sekitar seribu tentara berkuda dan 5 ribu pasukan infantri. Pada waktu musim semi tahun 1099 M, mereka berhasil memasuki Palestin dengan melewati Acre di mana penguasanya menyediakan mereka berbagai bahan persediaan, sebuah langkah yang kemudian diikuti oleh penguasa Qeisarya dan Arsouf. Setelah itu mereka menduduki Al Ramlah, Lod dan Baitulaham.
Pada tanggal 7 Jun 1099 M, pengepungan wilayah Al Quds dimulai. Iftikhar Al Dawlah adalah orang yang ditunjuk oleh Fatimiyah untuk berkuasa di sana. Kota ini dikuasai pada tanggal 15 Juli 1099 (23 Sha’ban 429 H). Bala tentara Salib terus membantai umat Islam selama satu minggu. Mereka berhasil membantai lebih dari 70 ribu muslim di dalam masjid Al Aqsa, termasuk para pemimpin, cendikiawan muslim dan orang-orang yang sedang beribadah. Baik negara Fatimiyah dan Abbasid tidak berbuat apa-apa untuk menolong, mereka hanya diam dan membisu terhadap peristiwa-peristiwa ini. Al Quds dikuasai oleh pemimpin Salib, Godfrey Gouillon, yang dengan berendah hati menyebut dirinya dengan julukan “Pembela Al Quds” atau "Pelindung pusara Crist". Dua kota, Nablus dan Hebron harus menyerah pada pasukan Salib ini. Dikatakan bahwa pasukan Salib hanya bersisa 300 pasukan berkuda dan 2 ribu pasukan infantri, oleh karena itu –mereka tidak dapat berkembang lagi untuk mendominasi wilayah-wilayah yang lebih luas karena mayoriti mereka mudik setelah berhasil menduduki Al Quds.
Untuk membuktikan kekejaman peperangan ini dapat dituliskankan melalui kata ahli sejarah Eropah yaitu Michout :
"Kaum Salib ketika menaklukkan Palestin telah melakukan kesalahan-kesalahan yang amat besar, yang menunjukkan kesempitan hati beragama yang belum ada dalam sejarah, sehingga ahli-ahli sejarah perang salib sendiri terpaksa mengakuinya. Dipaksanya orang Islam menjatuhkan diri dari puncak rumah atau benteng, Dibakarnya hidup-hidup, disuruhnya keluar dari tempat persembunyian lalu ditarik dan diseret-seret di jalanraya sampai mati dan bangkai-bangkai itu ditumpuk-tumpuk."
Maka dari itu, kerajaan-kerajaan Salib menjelma ibaratkan gugusan pulau-pulau yang dikelilingi oleh samudera para musuh. Walaupun demikian, kerajaan-kerajaan ini terus dapat bertahan untuk masa lebih kurang 200 tahun. Dan yang paling akhir hancur adalah karena kekurangan perbekalan dan ekspedisi yang terputus-putus, karena umat Islam yang tidak berdaya, terpecah belah dalam berbagai kelompok yang berkurangan jumlah kekuatan balatentaranya. Ditambah dengan ketidakmampuan mereka untuk dapat mengambil kesempatan melawan pasukan Salib yang berjumlah kecil dan berkembang di wilayah yang luas.


Sebenarnya umat islam mampu melawan, namun umat Islam terlambat sehingga pasukan Salib dapat kembali bergabung kekuatan dan bukan tugas yang ringan lagi untuk mengusir mereka keluar dari wilayah-wilayah yang mereka duduki. Salib terus menduduki berbagai kota di Palestin yang jatuh ke tangan mereka. Jaffa ditaklukkan di saat kota Al Quds dikepung oleh kapal-kapal perang pimpinan Genoan (di laut Meditarania) pada tanggal 15 Juni 1099 M. Mereka juga dapat menaklukkan bagian timur dari danau Tiberia (wilayah Al Sawad) pada bulan Mei 1100 M. Salibis juga dapat memaksa kota Haifa tunduk di bawah cengkraman mereka pada bulan Syawwal 494 H (Agustus 1100 M) yang dibantu oleh armada besar dari Venisia. Mereka menduduki Arsouq secara damai dan mengusir penduduknya. Qeisaryajuga ditaklukkan dengan kekerasan pada tanggal 17 Mei 1109 M.

Keluarga Nuri di Sham
Kerajaan keluarga Nuriyah di Sham diRajai oleh Mahmud Nuruddin AL-Malikul Adil yang bergelar Zanki juga diberi gelar Imad ed Din ( tiang agama ). Neneknya bernama Aga Sangar, yang menguasai negeri Halab di Iraq ,dan di Mausul dan beberapa negeri lain. Raja itu terkenal gagah perkasa serta pandai dalam hal peperangan menentang Tentara Salib. Dapat menaklukkan beberapa negeri dan merampas beberapa benteng di sekitar Sham. Setelah baginda Zanki itu terbunuh maka naiklah puteranya Nuruddin (cahaya agama ) yang bergelar Al-Malikul Adil. Di kuasainya Halab dalam tahun 541 H bersamaan 1147 M.
Beliau yang tampak akan kepimpinannya dalam mengendalikan negeri serta menjadi Raja yang amat disegani umtuk menyambung kesinambungan pemerintahan tatkala itu.Cita-cita beliau ketika itu untuk menyatukan seluruh tanah Sham di mana sejak kejatuhan Kerajaan Bani Umayah di Andalus, Sham menjadi perebutan di antara tiga khalifah termasok Bani Umaiyah dan dua lagi yaitu Bani Abbasiah ( Iraq ) dan Bani Fatimiyah Qahirah ( Mesir ). Dengan pergolakan yang melanda inilah telah diambil kesempatan oleh pihak Tentera Salib dengan memasokkan jarum halus mereka serta menimbulkan kehuru-haraan dan tidak kurang pula berlakunya pengkhianatan.Maka bangkitlah Nuruddin Al-Malikul Adil berusaha menyatukan kekuasaan menangkis serangan tentera salib.
Bergelar Raja yang Adil, baginda mengasihi para ulama dan juga gagah di dalam pertempuran. Dalam masa yg sama beliau juga seorang yg soleh dan dapat mendirikan negara yg kuat baik di luar maupun di dalam negeri dan nama beliau setaraf dengan Umar ibn Abdul Aziz. Selama 24 tahun baginda memerintah, berjuang berperang menangkis serangan terutama terhadap Tentera salib. Baginda wafat dalam tahun 565 H, baginda digantikan pula oleh puteranya Saleh ibn Mahmud tetapi beliau tidak segagah ayahandanya dan memerintah sekitar 12 tahun kemudian lahirlah 'bintang' baru dalam riwayat islam iaitu Sultan Salahuddin Al-Ayubi yang memegang peranan besar dalam peperangan salib meneruskan perjuangan Nuruddin.

Kerajaan Nuriyah di Sham adalah termasuk pecahan keluarga Kerajaan Turki yang bernama 'Ata Bek' dan Ata Bek ini adalah satu rumpun kekuasaan bangsa Turki yang tumbuh pada masa itu.Perkataan bahasa Turki ini "ATTA" - bermaksud Pengasuh dan "BEK" - Raja dan dari sinilah kemungkinannya diambil oleh Algazi Mustafa Kamal Pasha, pembangun Turki baru iaitu 'ATTATURK', pengasuh Turki!